Kamis, 26 Mei 2016

DINAMIKA KELOMPOK



Kita sebagai manusia merupakan makhluk sosial yang melihat pentingnya berkelompok. Secara alamiah, manusia tidak dapat hidup sendiri. Dalam memenuhi kebutuhannya pun manusia tidak jauh dari interaksi dengan manusia lain yang ada disekelilingnya. Dengan demikian, hampir seluruh waktu kita habiskan untuk berinteraksi, dididik, belajar serta bermain dalam kelompok. Kelompok terbentuk karena adanya dua orang atau lebih yang memiliki kontak untuk mencapai tujuan. Kelompok memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan kelompok adalah suatu keadaan di masa mendatang yang diinginkan oleh anggota kelompok. Oleh sebab itu masing-masing anggota melakukan berbagai tugas kelompok. 
Ivan Steiner (dalam Forsyth, 1983) memandang dinamika kelompok  melalui dua perspektif, sosiologi dan psikologi. Sosiologi menekankan pada kelompok dan pengaruh pada kelompok tersebut. Sedangkan psikologi memandang individu sebagai diri yang unik. Keunikan ini terlihat dari cara berpikir, emosi, dan sikap pada kelompok. Durkheim (dalam Forsyth, 1983) lebih berfokus pada hubungan interpersonal pada primary groups. Sedangkan Gustav Le Bon (dalam Forsyth, 1983) lebih memfokuskan pada dinamika individu pada kelompok. Pada akhirnya, dinamika kelompok tidak hanya dimiliki oleh satu disiplin ilmu saja. Keduanya mampu menjadikan dinamika kelompok sebagai sub bab yang tidak terpisahkan.

A. Jenis-Jenis Kelompok
Dari teori pembentukan kelompok menghasilkan beberapa jenis kelompok diantaranya adalah sebagai berikut :
·         Kelompok Formal
Kelompok yang terbentuk yang didalamnya terdapat struktur yang resmi  dan komitmen terhadap lembaga atau organisasi. Didalam kelompok formal dikenal dengan kelompok komando dan kelompok tugas.
·         Kelompok Informal
Kelompok yang terbentuk akibat adanya kebutuhan kontak sosial yang dilakukan oleh orang-orang didalamnya. Ini menunjukan bahwa kelompok informal tidak memiliki struktur yang relevan.
·         Kelompok Terbuka
Kelompok yang mampu menerima pembaharuan dan perubahan dari lingkungan sekitar. Kelompok ini menganggap bahwa perubahan yang dijadikan sebagai suatu masukan akan menjadi aspek positif yang mampu mengembangkan kelompok.
·         Kelompok Tertutup
Kelompok yang berkemungkinan kecil menerima pembaharuan dari lingkungan sekitar. Ini menunjukkan bahwa kelompok lebih cenderung survive  pada budaya kelompk tersebut.

B. Pengertian Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok merupakan suatu lingkup pengetahuan sosial yang lebih berkosentrasi pada pengetahuan tentang hakekat kehidupan berkelompok (Johnson, 2012: 24). Sedangkan dalam bukunya Santoso (2006: 5), dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain.
Berkiut definisi dinamika kelompok menurut para ahli:
1.      Benyamin B. Wolman (dalam Rusmana, t.t:2)
Dinamika kelompok adalah studi tentang hubungan sebab akibat yang ada di dalam kelompok, tentang perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi di dalam kelompok, tentang teknik-teknik untuk mengubah hubungan interpersonal dan attitude di dalam kelompok.
2.      Floyd D. Ruch (dalam Gunarsa, 2008: 75)
Dinamika kelompok adalah analisa dari relasi-relasi kelompok sosial, berdasarkan prinsip bahwa tingkah laku dalam kelompok itu adalah hasil dari interaksi yang dinamis antara individu-individu dalam situasi sosial.
3.      Jacobs, Harvill dan Manson (dalam Rusmana, t.t:1)
Dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi pengaruh kuat pada perkembangan kelompok.
      Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat saya simpulkan bahwa dinamika kelompok merupakan suatu pengetahuan sosial yang menganalisa hakekat aktivitas berkelompok dalam hubungan antar anggota kelompok, interaksi, saling mempengaruhi dalam situasi sosial dalam kelompok agar mampu bergerak, berkembang dan menyesuaikan diri membangun kelompok dalam satu pencapaian tujuan.

C. Ciri-Ciri dan Fungsi dinamika kelompok

1. Adapun ciri-ciri dinamika kelompok yaitu:
·         Memiliki motif yang sama antar individu satu dengan yang lainya.
·         Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lainnya.
·         Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing.
·         Adanya penuguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
2. Fungsi Dinamika kelompok yaitu:
Fungsi dari dinamika di dalam keompok  antara lain:
·          Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.
·         Memudahkan segala pekerjaan. 
·         Mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih efektif, cepat dan efisien.
·          Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat
Dalam dinamika kelompok untuk mengetahui fungsinya perlu di mengerti pula tanda-tanda  

Dinamika kelompok sudah terbentuk
        Menurut Mungin (2005 : 63) konseling kelompok memanfaatkan dinamika kelompok sebagai upaya untuk membimbing anggota kelompok untuk mencapai tujuan. Media dinamika kelompok ini, unik dan hanya dapat ditemukan dalam suatu kelompok yang benar-benar hidup. Kelompok yang hidup adalah kelompok yang memiliki cirri-ciri dinamis, bergerak dan aktif berfungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan dan mencapai suatu tujuan.
        Menurut Glading dalam Mungin (2005 : 62) dinamika kelompok dapat digambarkan dengan kekuatan-kekuatan yang muncul dalan suatu kelompok. Kekuatan-kekuatan itu bias tampak jelas atau mungkin tersembunyi seperti bagaimana para anggota kelompok merasakan diri mereka sendiri, saling merasakan satu sama lain, dan merasakan pemimpin kelompok mereka, bagaimana mereka berbicara satu sama lain, dan bagaimana pemimpin kelompok mereaksi para anggota.

      Selanjutnya menurut Mungin (2005 : 69) dinamika kelompok benar-benar terwujud dalam kelompok dapat dilihat dari : 
·  anggota kelompok dapat membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok, 
·  anggota kelompok mampu mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok, 
·  anggota kelompok dapat membantu tercapainya tujuan bersama, 
·  anggota kelompok dapat mematuhi aturan kelompok dengan baik, 
·  anggota kelompok benar-benar aktif dalam seluruh kegiatan kelompok, 
·  anggota kelompok dapat berkomunikasi secara terbuka, 
· anggota kelompok dapat membantu orang lain, 
·  anggota kelompok dapat member kesempatan kepada anggota lain untuk menjalankan perannya, 
·   anggota kelompok dapat menyadari pentingnya kegiatan kelompok.
D. Komunikasi, Kepemimipinan Dan Sinergi Dalam Kelompok
·         Komunikasi kelompok prespektif adalah dimana dalam kelompok itu terjadi interaksi satu sama lain dengan cara tertentu. Dimana masing-masing mempenagruhi oleh pihak lainnya.
·         Kepemimpinan dalam kelompok adalah tindakan perbuatan diantara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang seorang maupun kelompok maju kearah tujuan. Adapun tujuan kepemimpinan adalah :
1.      Untuk memajukan organisasi yang yang bersangkutan dan menghindari diri dari maksud-maksud yang irasional organisasi yang ada.
2.      Untuk menanamkan tujuan kelompok pada masing-masing anggota sehingga tujuan kelompok dapat segera tercapai.Adapun fungsi kepemimpinan adala:
1.      Menentukan kegunaan dan tujuan
2.      menfokuskan diri pada proses kerja secara bersama.
3.      Mengevaluasi kemajuan dan berkembang.
·         Sinergi dalam kelompok yaitu:
1.      membantu tersusunya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik
2.      Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hubungan di dalam suatu kelompok.
1.      Atmofser yang rileks dan nyaman bebas dari berkenaan dimana tiap individu dapat berinteraksi dan terlibat.
2.      Diskusi, fokus pada tiap orang berpartisipasi.
3.      Tujuan atau obyektif, di pahami secara jelas dan diterima oleh anggota kelompok.
4.      Listening, anggota akan aktif mendengarkan anggota lain.
5.      Keputusan, dibuat dengan konsensus atau persetujuan yang umum.
6.      Critisim, terbuka tidak ada agenda yang di sembunyikan, sehingga anggota merasa nyaman.
7.      Feeling, dapat di ekspresikan dengan bebas
8.      kesadaran diri, kelompok penuh dengan cara kerja.

Menurut Johnson & Johnson (2000) kelompok terbentuk karena suatu alasan. Orang masuk ke dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai sendirian. Pengertian kelompok sendiri dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya pengertian kelompok berdasarkan :
·         Persepsi
Anggota kelompok diterima sebagai anggota kelompok dengan menekankan kriteria atau ukuran tertentu. Smith (dalam Johnson & Johnson, 2000) memandang perlunya suatu tindakan penyatuan dari masing-masing anggota terhadap kelompoknya. Pembagian kelompok diharapkan mempunyai kemampuan yang berimbang, sehingga apabila ada anggota yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi mampu menginduksi anggota yang lain, sehingga tidak terjadi ketimpangan.
·         Motivasi
Pandangan ini terjadi karena para ahli mengamati adanya individu-individu yang bergabung dalam satu kelompok, dan mereka merasa yakin bahwa dengan bergabung dengan kelompok tersebut, maka kebutuhan yang ada pada dirinya terpenuhi. Menurut Cattel (dalam Johnson & Johnson, 2000) kelompok adalah kumpulan individu yang dalam hubungannya dapat memuaskan kebutuhan satu dengan yang lainnya.
·         Tujuan
Mills (Johnson & Johnson, 2000) menyatakan bahwa kelompok memiliki definisi, sebagai kelompok kecil yang terdiri dari dua atau lebih dalam sebuah hubungan untuk sebuah tujuan dan menganggap bahwa hubungan atau interaksi yang terjadi mempunyai makna. Setiap kelompok memiliki tujuan yang hendak dicapai.
·         Organisasi
Johnson (2000)  menjelaskan bahwa kelompok adalah suatu sistem yang diorganisasikan pada dua orang atau lebih yang dihubungkan satu dengan lainnya yang menunjukkan fungsi yang sama, memiliki standar peran dalam berhubungan antar anggota dan memiliki norma yang mengatur fungsi kelompok dan setiap anggotanya.
·         Interdependensi
Pengertian kelompik dapat dilihat dari aspek saling ketergantungan (interdependensi). Cartwright dan Zender (dalam Johnson & Johnson, 2000) memaparkan bahwa kelompok adalah sekumpulan individu yang melakukan hubungan dengan orang lain (sesama anggota) yang menunjukkan saling ketergantungan yang cukup signifikan.
·         Interaksi
Interaksi atau hubungan timbal balik merupakan komponen yang penting dalam kelompok, karena dengan hubungan timbal balik tersebut akan ada proses memberi dan menerima informasi antar anggota kelompok (kebutuhan akan informasi terpenuhi). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri dari dua atau lebih individu yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya yang dapat mempengaruhi pada setiap anggotanya.
Setelah memahami pengertian kelompok dari berbagai sudut pandang, maka dapat melihat bagaimana pembentukan kelompok terjadi. Pembentukan kelompok merupakan salah satu awal dari individu untuk berinteraksi dengan sesamanya. Adapun tahap-tahap yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kelompok yang pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman pada 1965. Teori ini memfokuskan pada cara suatu kelompok menghadapi suatu tugas mulai dari awal pembentukan kelompok hingga proyek selesai. Tahap pembentukan kelompok Tuckman dapat dilihat sebagai berikut:

Definisi
Contoh
Forming
Kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok masih cenderung untuk bekerja sendiri dan masih belum saling mengenal sehingga belum bisa saling percaya.
Ketika ospek, para mahasiswa seangkatan belum saling mengenal sehingga mereka berkenalan
Storming
kelompok sudah mulai mengembangkan ide-ide yang berhubungan dengan tugas yang mereka hadapi. Sehingga konflik kemungkinan akan muncul.
Mencari jalan keluar untuk menyelesaikan permainan yang menjadi tantangan, beberapa anggota telah mulai berani mengungkapkan pendapat. Kemungkinan akan terajadi beda pendapat dan konflik muncul.
Norming
Kelompok mulai menemukan kesesuaian dengan kesepakatan yang mereka buat mengenai aturan-aturan dan nilai-nilai yang digunakan.
kelompok mahasiswa ospek tersebut mulai saling menentukan jalan keluar mana yang mereka pilih untuk menyelesaikan permainan
Performing
Kelompok dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas dengan lancar.
Kelompok mahasiswa ospek yang telah menentukan peraturan dan fungsi anggota memulai mengerjakan permainan sesuai dengan tugas yang telah disepakati.
Adjourning
Tugas atau pekerjaan berakhir dan kelompok membubarkan diri.
kelompok mahasiswa ospek telah menyelesaikan permainan dan ospek telah berakhir.

1.      Tahap 1 – Forming
Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok masih cenderung untuk bekerja sendiri dan masih belum saling mengenal dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk merencanakan, mengumpulkan informasi dan mendekatkan diri satu sama lain.
Contoh: dalam suatu acara ospek, para mahasiswa seangkatan belum saling mengenal antara mahasiswa satu dengan yang lain, ketika dibagi kedalam suatu kelompok-kelompok kecil, setiap mahasiswa melakukan suatu perkenalan dan saling menanyakan identitas teman sekelompok.
2.      Tahap 2 – Storming
Pada tahap ini kelompok sudah mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas yang mereka hadapi. Anggota kelompok saling terbuka dan mengeluarkan ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Sehingga kemungkinan tejadinya konflik.
Contoh : Kelompok kecil mahasiswa ospek yang telah saling mengenal tersebut dihadapkan pada suatu permainan kelompok. Ketika mencari jalan keluar untuk menyelesaikan permainan tersebut, beberapa anggota telah mulai berani mengungkapkan pendapat. Pendapat yang bervariasi memungkinkan terjadinya konflik.
3.      Tahap 3 – Norming
Pada tahap ini sudah terdapat kesepakatan antara anggota kelompok. Kelompok mulai menemukan kesesuaian dengan kesepakatan yang mereka buat mengenai aturan-aturan dan nilai-nilai yang digunakan. Pada tahap ini, anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan melihat kontribusi penting masing-masing anggota untuk kelompok.
Contoh: kelompok mahasiswa ospek tersebut mulai saling menentukan jalan keluar mana yang mereka pilih untuk menyelesaikan permainan. Mereka membuat suatu kesepakatan seperti menentukan siapa yang harus memimpin permainan dan siapa yang bekerja menyelesaikan tugas permainan.
4.      Tahap 4 – Performing
Pada tahap ini, kelompok dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas dengan lancar dan efektif. Anggota kelompok saling tergantung satu sama lain dan mereka saling respek dalam berkomunikasi.
Contoh: Kelompok mahasiswa ospek yang telah menentukan peraturan dan fungsi anggota memulai mengerjakan permainan sesuai dengan tugas yang telah disepakati.
5.      Tahap 5 – Adjourning
Ini adalah tahap terakhir dalam kelompok dimana proyek tugas atau pekerjaan berakhir dan kelompok membubarkan diri.
Contoh: kelompok mahasiswa ospek telah menyelesaikan permainan dan ospek telah berakhir. Sehingga mereka membubarkan kelompok mereka.
Dalam sebuah kelompok terdapat struktur yang membentuk perilaku anggotanya dan memungkinkan untuk menjelaskan sebagian perilaku individu di dalam kelompok maupun kinerja kelompok itu sendiri. Struktur kelompok terdiri dari:

Definisi
Contoh
Peran
Harapan dalam menjelaskan tindakan yang layak dari seorang anggota dalam suatu posisi terhadap posisi lain yang berhubungan.
ketua, wakil ketua, sekertaris
Norma
Kepercayaan umum berdasarkan kelayakan, sikap, pandangan anggota kelompok, peran, tersirat atau tidak, yang mengatur anggota kelompok
Kedisiplinan, saling menghargai, bertanggung jawab

a.      Norma
Norma merupakan standar perilaku yang dapat diterima yang digunakan bersama oleh para anggota kelompok. Norma memberitahukan kepada anggota apa yang seharusnya dan apa yang tidak seharusnya dilakukan. Norma sebagai elemen dasar dalam struktur kelompok sebagai arahan dan motivasi,, pengatur interaksi sosial, serta membuat tanggapan orang lain tersebut dapat diprediksi dan bermakna. Johnson  dan Johnson (2000) menyatakan bahwa norma sebagai keyakinan umum dalam kelompok mengenai perilaku, sikap serta persepsi yang sesuai. Adapun 2 bentuk norma yaitu norma deskriptif dan norma perspektif dimana yang artinya sebagai berikut:

·         Norma deskriptif merupakan apa yang sering dilakukan, dirasakan, serta dipikirkan oleh orang ketika sedang berada dalam suatu situasi tertentu. Contoh: ketika di jalan tol ada himbauan bagi kendaraan yang berjalan lambat untuk berjalan di bahu kiri dan bagi kendaraan yang ingin mendahului dan melaju cepat untuk berjalan di lajur kanan.
·         Sedangkan norma perspektif yang lebih evaluatif, menjelaskan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh individu pada situasi tertentu, dan jika ada yang melanggar akan dinilai negatif. Contoh: perintah membayar pajak untuk para wajib pajak, bagi yang tidak mematuhi akan dikenai sanksi.

Kelompok kadang mengadopsi norma sebagai aturan kelompok mereka, tetapi norma-norma kebanyakan muncul secara bertahap karena anggota kelompok mencoba menyelaraskan perilaku mereka sampai mereka sesuai dengan standar tertentu. Dalam proses perkembangan norma, ada seorang peneliti bernama Muzafer Sherif (Forsyth, 1983) yang mencerminkan bagaimana orang-orang dalam kelompok dari waktu ke waktu datang untuk mengembangkan standar yang berfungsi sebagai kerangka acuan bagi perilaku dan persepsi. Sherif mempelajari perkembangan norma dengan mengambil keuntungan dari gerak refleks. Dalam penelitiannya, Sherif menemukan bahwa individu cenderung mengambil keputusan itu sendiri. Akan tetapi ketika individu tersebut telah berada dalam sebuah kelompok, pada sesi pertama dalam kelompok, individu tersebut mulai mempertimbangkan keputusan lain dari anggota kelompok lainnya. Selanjutnya, keputusan individu tersebut menjadi satu keputusan kelompok. Proses bersatunya keputusan menjadi satu keputusan dalam kelompok oleh Sherif disebut sebagai funnel pattern atau motif corong. Menurut Sherif, norma berkembang karena adanya interaksi antar anggota kelompok tersebut.
            Sherif menyimpulkan bahwa norma-norma baru berkembang dalam kelompok bila konteksnya menyediakan sedikit informasi untuk menuntun tindakan atau untuk memungkinkan anggota untuk menyusun keyakinan. Menurut Kelman (dalam Forsyth, 1983) mereka yang mematuhi norma kelompok bahkan ketika tidak ada tekanan eksternal untuk melakukannya, menunjukkan bahwa mereka secara pribadi menerima standar tersebut sebagai milik mereka. Kelompok juga menginternalisasikan norma yang ada pada kelompok mereka dengan cara menerima norma tersebut sebagai standar yang pasti bagi perilaku mereka.
b.      Peran
Dalam suatu kelompok masing-masing anggota tentu tidak melakukan hal yang sama dalam mencapai tujuan. Setiap anggota memiliki tugas dan fungsi yang berbeda sesuai dengan harapan. Dengan kata lain, anggota kelompok yang berbeda tentu akan memainkan peran yang berbeda. Contoh: tugas dan tanggung jawab seorang direktur adalah memimpin perusahaan. Tugas karyawan adalah mengikuti perintah atasannya.
Role differentiation
Terkadang masyarakat sengaja menciptakan perannya. Hal ini ditunjukkan dalam kelompok untuk memperjelas eksistensi mereka. Tidak hanya formal group structure yang dibentuk, namun kelompok juga akan  kemungkinan membentuk informal group structure. Hal ini mengidentifikasikan peran dari masing-masing anggota kelompok yang bervariasi.
Forsyth (1983) menyatakan bahwa role differentiation adalah perbedaan peran dalam suatu kelompok, misal  menjadi pemimpin, pengikut, atau pengeluh. Dalam suatu kelompok tentulah tidak akan memiliki peran yang sama pada anggotanya. Ada yang berperan sebagai pemimpin sehingga dituntut untuk optimis. Meskipun bukan menjadi jaminan bahwa dengan status tertentu, setiap anggota di asosiakan dengan sifat terrtentu.
Type of roles
Benne dan Sheats (dalam Forsyth, 1983) membagi peran atas:
· Task role: anggota kelompok yang melakukan tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu pada kelompok tersebut. Misalnya sebagai coordinator, elaborator, energizer, evaluatorcritic, information giver, information seeker, dan opinion seeker.
· Sociemotional role: Posisi anggota dalam kelompok untuk mendukung perilaku interpersonal secara akomodatif. Misalnya compromiser, encourager, follower, dan harmonizer.
·Individual role : peran  individu yang tidak berkontribusi dengan besar, namun tetap dibutuhkan perannya sebagai penopang kebutuhan kelompok. Misalnya aggressor, block, dominator, dan help seeker.

Terdapat perbedaan dengan ketiganya karena setiap anggota akan tidak mudah untuk mencapai task role dan sociemotional role secara bersamaan. Masing-masing telah memiliki spesifikasinya sendiri. Spesifikasi tugas cenderung untuk mendapatkan pertanyaan lagi, menampilkan ketegangan, antagonisme, dan perselisihan. Sedangkan spesifikasi sosioemosional menerima demostrasi dari solidaritas, pengurangan ketegangan, dan solusi dari masalah. Namun bukan berarti anggota kelompok tidak mampu menjalankan sekaligus. Bahkan ketika anggota kelompok melakukan keduanya, maka peran mereka akan menjadi lebih efektif.

Role stress
Peran tidaklah semudah yang dibayangkan. Kadang terdapat benturan sehingga menimbulkan konflik dengan anggota kelompok yang lain. Ketika hal ini terjadi peran mereka menjadi kompleks.
· Role ambiguity : ekspektasi yang tidak jelas tentang perilaku yang akan dilakukan oleh individu yang menempati posisi dalam kelompok. Sehingga ketika hal ini dirasakan oleh seseorang, maka dia akan kebingungan harus berperan seperti apa dalam kelompok tersebut.
· Role conflict : Konflik yang terjadi secara intragroup dan intraindividual yang merupakan hasil dari ketidakcocokan peran. Misalnya ketika seseorang mengalami pergolakan dengan perannya sendiri akibat dari peran oranglain yang tidak sesuai sehingga mengacaukan perannya sendiri. Hal inilah yang dinamakan intrarole conflict. Namun apabila ketidakcocokan antara dua peran sekaligus hal ini dinamakan interrole conflict.
· Role conflict group performance: konflik dari peran yang terjadi pada anggota cenderung mengakibatkan konflik pada performa kelompok. Apabila hal ini terjadi maka keberlangsungan kelompok secara tidak langsung akan terancam.

Study Kasus
Dalam satu kelompok terdiri dari beberapa orang ,bermacam-macam pikiran, bermacam-macam argumen dan banyak perbedaan diantara satu sama lain. Tujuan terbentuknya suatu kelompok yaitu memusyawarahkan pendapat yang berbeda-beda menjadi satu kesepakatan yang mufakat. Nah, contoh study kasusnya tidak lah dari kelompok lain tetapi ini terjadi pada kelompok saya, dimana pertama kali kita harus memikirkan disaat kapal yang kami gunakan tenggelam di samudra Atlantis yang dimana kami semua harus memilih benda/barang yag harus kami pilih untuk kami bawa dan dapat digunakan untuk bertahan hidup di suatu pulau yang tak jauh dari kejadian tenggelamnya kapal kami yag disebabkan menabrak karang.
Disini kami sekelompok harus memilih benda/barang yang kami pilih dan pilihan kami yaitu : kompas, tali, galon air, peti makanan kecil dan korek api.
Nah, dari barang yang dipilih kelompok kami harus bertahan hidup disuatu pulau kecil dan pertama yang kami lalukan yaitu : membuat kapal kecil untuk keluar dari pulau kecil tersebut, dengan mencari kayu di pulau tersebut dan merakitnya menggunakan tali dan alat yang seadanya . Kami pun menyiapkan persediaan makanan untuk bisa bertahan hidup disaat kami keluar dari pulau tersebut dengan kapal yang kami rakit. Tak semudah yang kami bayangkan dan kami rencanakan, tak lepas dari beda argumen dan berselisih paham bahkan berdebat pun kelompok kami alami hehe tapi itulah kelompok kami yang penuh dengan warna dan memiliki tekat yang kuat untuk keluar dari pualu. Dengan semangat kelompok kami membuat kapal yang dirakit dan kami optimis bisa keluar dari pulau tersebut dengan selamat J
Namun ada rencana dari ini semua, kami tidak meninggalkan pulau kecil tersebut begitu saja tetapi kami akan kembali lagi kesana untuk memelihara dan memanfaatkannya kalau perlu kami membuat sesuatu yang bisa orang lain nikmati dimana kala mereka ingin liburan di alam terbuka .
Okeeey semoga misi kita berhasil yaaaa SOBAT :)
Ini cerita kelompok kami , mana cerita kelempok kalian SOBAT :)
Semoga bermanfaat ya SOBAT :) :) :) :)


Sumber :
Forsyth, D.R. (1983). An introduction to group dynamics. California:Brooks/Cole Publishing Company.
Johnson, D.W. & F. P. Johnson. (2003). Joining together: Group theory and group skill, fourth edition.
lhttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/196005011986031-NANDANG_RUSMANA/Konsep_Dasar_Dinamika_Kelompok.pdf
http://ayutartilan.blogspot.co.id/2014/12/konsep-dasar-dinamika-kelompok_2.html







1 komentar: