Pembentukan Kelompok, Peran, Norma, Struktur Kelompok dan
Dinamika Kelompok
Kita sebagai manusia merupakan makhluk sosial yang
melihat pentingnya berkelompok. Secara alamiah, manusia tidak dapat hidup
sendiri. Dalam memenuhi kebutuhannya pun manusia tidak jauh dari interaksi
dengan manusia lain yang ada disekelilingnya. Dengan demikian, hampir seluruh
waktu kita habiskan untuk berinteraksi, dididik, belajar serta bermain dalam
kelompok. Kelompok terbentuk karena adanya dua orang atau lebih yang memiliki
kontak untuk mencapai tujuan. Kelompok memiliki tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan kelompok adalah suatu keadaan di masa mendatang yang diinginkan oleh
anggota kelompok. Oleh sebab itu masing-masing anggota melakukan berbagai tugas
kelompok.
Ivan Steiner (dalam Forsyth, 1983) memandang dinamika
kelompok melalui dua perspektif, sosiologi dan psikologi.
Sosiologi menekankan pada kelompok dan pengaruh pada kelompok tersebut.
Sedangkan psikologi memandang individu sebagai diri yang unik. Keunikan ini
terlihat dari cara berpikir, emosi, dan sikap pada kelompok. Durkheim (dalam
Forsyth, 1983) lebih berfokus pada hubungan interpersonal pada primary
groups. Sedangkan Gustav Le Bon (dalam Forsyth, 1983) lebih memfokuskan
pada dinamika individu pada kelompok. Pada akhirnya, dinamika kelompok tidak
hanya dimiliki oleh satu disiplin ilmu saja. Keduanya mampu menjadikan dinamika
kelompok sebagai sub bab yang tidak terpisahkan.
A. Jenis-Jenis
Kelompok
Dari teori pembentukan kelompok menghasilkan beberapa
jenis kelompok diantaranya adalah sebagai berikut :
·
Kelompok Formal
Kelompok yang
terbentuk yang didalamnya terdapat struktur yang resmi dan komitmen
terhadap lembaga atau organisasi. Didalam kelompok formal dikenal dengan
kelompok komando dan kelompok tugas.
·
Kelompok Informal
Kelompok yang
terbentuk akibat adanya kebutuhan kontak sosial yang dilakukan oleh orang-orang
didalamnya. Ini menunjukan bahwa kelompok informal tidak memiliki struktur yang
relevan.
·
Kelompok Terbuka
Kelompok yang mampu
menerima pembaharuan dan perubahan dari lingkungan sekitar. Kelompok ini
menganggap bahwa perubahan yang dijadikan sebagai suatu masukan akan menjadi
aspek positif yang mampu mengembangkan kelompok.
·
Kelompok Tertutup
Kelompok yang
berkemungkinan kecil menerima pembaharuan dari lingkungan sekitar. Ini
menunjukkan bahwa kelompok lebih cenderung survive pada budaya
kelompk tersebut.
B. Pengertian
Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok
merupakan suatu lingkup pengetahuan sosial yang lebih berkosentrasi pada
pengetahuan tentang hakekat kehidupan berkelompok (Johnson, 2012: 24).
Sedangkan dalam bukunya Santoso (2006: 5), dinamika
kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang
mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang
lain.
Berkiut
definisi dinamika kelompok menurut para ahli:
1. Benyamin B.
Wolman (dalam Rusmana, t.t:2)
Dinamika
kelompok adalah studi tentang hubungan sebab akibat yang ada di dalam kelompok,
tentang perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi di dalam kelompok,
tentang teknik-teknik untuk mengubah hubungan interpersonal dan attitude di
dalam kelompok.
2.
Floyd
D. Ruch
(dalam Gunarsa, 2008: 75)
Dinamika
kelompok adalah analisa dari relasi-relasi kelompok sosial, berdasarkan prinsip
bahwa tingkah laku dalam kelompok itu adalah hasil dari interaksi yang dinamis
antara individu-individu dalam situasi sosial.
3. Jacobs, Harvill dan Manson (dalam Rusmana, t.t:1)
Dinamika
kelompok adalah kekuatan yang saling mempengaruhi hubungan timbal balik
kelompok dengan interaksi yang terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin
yang diberi pengaruh kuat pada perkembangan kelompok.
Dari beberapa
pengertian tersebut, maka dapat saya simpulkan bahwa dinamika
kelompok
merupakan suatu pengetahuan sosial yang menganalisa
hakekat aktivitas berkelompok dalam hubungan antar anggota kelompok, interaksi, saling
mempengaruhi dalam situasi sosial dalam
kelompok agar mampu bergerak, berkembang dan menyesuaikan diri membangun
kelompok dalam satu pencapaian tujuan.
C. Ciri-Ciri dan Fungsi dinamika kelompok
1.
Adapun ciri-ciri dinamika kelompok yaitu:
·
Memiliki motif yang
sama antar individu satu dengan yang lainya.
·
Terdapat
akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang
lainnya.
·
Adanya penugasan dan
pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari
peranan serta kedudukan masing-masing.
·
Adanya penuguhan
norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam
kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
2. Fungsi Dinamika
kelompok yaitu:
Fungsi dari dinamika
di dalam keompok antara lain:
·
Membentuk
kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.
·
Memudahkan segala
pekerjaan.
·
Mengerjakan pekerjaan
yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu
besar sehingga selesai lebih efektif, cepat dan efisien.
·
Menciptakan
iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat
Dalam dinamika
kelompok untuk mengetahui fungsinya perlu di mengerti pula tanda-tanda
Dinamika kelompok
sudah terbentuk
Menurut Mungin (2005 : 63) konseling kelompok memanfaatkan dinamika
kelompok sebagai upaya untuk membimbing anggota kelompok untuk mencapai tujuan.
Media dinamika kelompok ini, unik dan hanya dapat ditemukan dalam suatu
kelompok yang benar-benar hidup. Kelompok yang hidup adalah kelompok yang
memiliki cirri-ciri dinamis, bergerak dan aktif berfungsi untuk memenuhi suatu
kebutuhan dan mencapai suatu tujuan.
Menurut Glading dalam
Mungin (2005 : 62) dinamika kelompok dapat digambarkan dengan kekuatan-kekuatan
yang muncul dalan suatu kelompok. Kekuatan-kekuatan itu bias tampak jelas atau
mungkin tersembunyi seperti bagaimana para anggota kelompok merasakan diri
mereka sendiri, saling merasakan satu sama lain, dan merasakan pemimpin
kelompok mereka, bagaimana mereka berbicara satu sama lain, dan bagaimana
pemimpin kelompok mereaksi para anggota.
Selanjutnya menurut Mungin (2005 : 69) dinamika kelompok benar-benar terwujud
dalam kelompok dapat dilihat dari :
· anggota kelompok
dapat membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota
kelompok,
· anggota kelompok
mampu mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan
kelompok,
· anggota kelompok
dapat membantu tercapainya tujuan bersama,
· anggota kelompok
dapat mematuhi aturan kelompok dengan baik,
· anggota kelompok
benar-benar aktif dalam seluruh kegiatan kelompok,
· anggota kelompok
dapat berkomunikasi secara terbuka,
· anggota kelompok
dapat membantu orang lain,
· anggota kelompok
dapat member kesempatan kepada anggota lain untuk menjalankan perannya,
· anggota
kelompok dapat menyadari pentingnya kegiatan kelompok.
D. Komunikasi,
Kepemimipinan Dan Sinergi Dalam Kelompok
·
Komunikasi kelompok
prespektif adalah dimana dalam kelompok itu terjadi interaksi satu sama lain
dengan cara tertentu. Dimana masing-masing mempenagruhi oleh pihak lainnya.
·
Kepemimpinan dalam
kelompok adalah tindakan perbuatan diantara perseorangan dan kelompok yang
menyebabkan baik orang seorang maupun kelompok maju kearah tujuan. Adapun
tujuan kepemimpinan adalah :
1.
Untuk memajukan
organisasi yang yang bersangkutan dan menghindari diri dari maksud-maksud yang
irasional organisasi yang ada.
2.
Untuk menanamkan
tujuan kelompok pada masing-masing anggota sehingga tujuan kelompok dapat
segera tercapai.Adapun fungsi kepemimpinan adala:
1.
Menentukan kegunaan
dan tujuan
2.
menfokuskan diri pada
proses kerja secara bersama.
3.
Mengevaluasi kemajuan
dan berkembang.
·
Sinergi dalam
kelompok yaitu:
1.
membantu tersusunya
aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik
2.
Benar-benar berusaha
untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.
E. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas hubungan di dalam suatu kelompok.
1.
Atmofser yang rileks
dan nyaman bebas dari berkenaan dimana tiap individu dapat berinteraksi dan
terlibat.
2.
Diskusi, fokus pada
tiap orang berpartisipasi.
3.
Tujuan atau obyektif,
di pahami secara jelas dan diterima oleh anggota kelompok.
4.
Listening, anggota
akan aktif mendengarkan anggota lain.
5.
Keputusan, dibuat
dengan konsensus atau persetujuan yang umum.
6.
Critisim, terbuka
tidak ada agenda yang di sembunyikan, sehingga anggota merasa nyaman.
7.
Feeling, dapat di
ekspresikan dengan bebas
8.
kesadaran diri,
kelompok penuh dengan cara kerja.
Menurut Johnson & Johnson (2000) kelompok
terbentuk karena suatu alasan. Orang masuk ke dalam suatu kelompok untuk
mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai sendirian. Pengertian kelompok sendiri
dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya pengertian kelompok
berdasarkan :
·
Persepsi
Anggota kelompok
diterima sebagai anggota kelompok dengan menekankan kriteria atau ukuran
tertentu. Smith (dalam Johnson & Johnson, 2000) memandang perlunya suatu
tindakan penyatuan dari masing-masing anggota terhadap kelompoknya. Pembagian
kelompok diharapkan mempunyai kemampuan yang berimbang, sehingga apabila ada
anggota yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi mampu menginduksi anggota
yang lain, sehingga tidak terjadi ketimpangan.
·
Motivasi
Pandangan ini terjadi
karena para ahli mengamati adanya individu-individu yang bergabung dalam satu
kelompok, dan mereka merasa yakin bahwa dengan bergabung dengan kelompok
tersebut, maka kebutuhan yang ada pada dirinya terpenuhi. Menurut Cattel (dalam
Johnson & Johnson, 2000) kelompok adalah kumpulan individu yang dalam
hubungannya dapat memuaskan kebutuhan satu dengan yang lainnya.
·
Tujuan
Mills (Johnson &
Johnson, 2000) menyatakan bahwa kelompok memiliki definisi, sebagai kelompok
kecil yang terdiri dari dua atau lebih dalam sebuah hubungan untuk sebuah
tujuan dan menganggap bahwa hubungan atau interaksi yang terjadi mempunyai
makna. Setiap kelompok memiliki tujuan yang hendak dicapai.
·
Organisasi
Johnson (2000)
menjelaskan bahwa kelompok adalah suatu sistem yang diorganisasikan pada dua
orang atau lebih yang dihubungkan satu dengan lainnya yang menunjukkan fungsi
yang sama, memiliki standar peran dalam berhubungan antar anggota dan memiliki
norma yang mengatur fungsi kelompok dan setiap anggotanya.
·
Interdependensi
Pengertian kelompik
dapat dilihat dari aspek saling ketergantungan (interdependensi). Cartwright
dan Zender (dalam Johnson & Johnson, 2000) memaparkan bahwa kelompok adalah
sekumpulan individu yang melakukan hubungan dengan orang lain (sesama anggota)
yang menunjukkan saling ketergantungan yang cukup signifikan.
·
Interaksi
Interaksi atau
hubungan timbal balik merupakan komponen yang penting dalam kelompok, karena
dengan hubungan timbal balik tersebut akan ada proses memberi dan menerima informasi
antar anggota kelompok (kebutuhan akan informasi terpenuhi). Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa kelompok adalah sekumpulan orang
yang terdiri dari dua atau lebih individu yang melakukan interaksi satu dengan
yang lainnya yang dapat mempengaruhi pada setiap anggotanya.
Setelah memahami pengertian kelompok dari berbagai
sudut pandang, maka dapat melihat bagaimana pembentukan kelompok terjadi.
Pembentukan kelompok merupakan salah satu awal dari individu untuk berinteraksi
dengan sesamanya. Adapun tahap-tahap yang perlu diperhatikan dalam pembentukan
kelompok yang pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman pada 1965. Teori ini
memfokuskan pada cara suatu kelompok menghadapi suatu tugas mulai dari awal
pembentukan kelompok hingga proyek selesai. Tahap pembentukan kelompok
Tuckman dapat dilihat sebagai berikut:
|
Definisi
|
Contoh
|
|
|
Forming
|
Kelompok baru saja
dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok masih cenderung untuk bekerja
sendiri dan masih belum saling mengenal sehingga belum bisa saling percaya.
|
Ketika ospek, para
mahasiswa seangkatan belum saling mengenal sehingga mereka berkenalan
|
|
Storming
|
kelompok sudah
mulai mengembangkan ide-ide yang berhubungan dengan tugas yang mereka hadapi.
Sehingga konflik kemungkinan akan muncul.
|
Mencari jalan
keluar untuk menyelesaikan permainan yang menjadi tantangan, beberapa anggota
telah mulai berani mengungkapkan pendapat. Kemungkinan akan terajadi beda
pendapat dan konflik muncul.
|
|
Norming
|
Kelompok mulai
menemukan kesesuaian dengan kesepakatan yang mereka buat mengenai
aturan-aturan dan nilai-nilai yang digunakan.
|
kelompok mahasiswa
ospek tersebut mulai saling menentukan jalan keluar mana yang mereka pilih
untuk menyelesaikan permainan
|
|
Performing
|
Kelompok dapat
berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas dengan lancar.
|
Kelompok mahasiswa ospek
yang telah menentukan peraturan dan fungsi anggota memulai mengerjakan
permainan sesuai dengan tugas yang telah disepakati.
|
|
Adjourning
|
Tugas atau
pekerjaan berakhir dan kelompok membubarkan diri.
|
kelompok mahasiswa
ospek telah menyelesaikan permainan dan ospek telah berakhir.
|
1.
Tahap 1 – Forming
Pada tahap ini,
kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok masih
cenderung untuk bekerja sendiri dan masih belum saling mengenal dan belum bisa
saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk merencanakan, mengumpulkan
informasi dan mendekatkan diri satu sama lain.
Contoh: dalam suatu
acara ospek, para mahasiswa seangkatan belum saling mengenal antara mahasiswa
satu dengan yang lain, ketika dibagi kedalam suatu kelompok-kelompok kecil,
setiap mahasiswa melakukan suatu perkenalan dan saling menanyakan identitas
teman sekelompok.
2.
Tahap 2 – Storming
Pada tahap ini
kelompok sudah mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas yang mereka
hadapi. Anggota kelompok saling terbuka dan mengeluarkan ide-ide dan perspektif
mereka masing-masing. Sehingga kemungkinan tejadinya konflik.
Contoh : Kelompok
kecil mahasiswa ospek yang telah saling mengenal tersebut dihadapkan pada suatu
permainan kelompok. Ketika mencari jalan keluar untuk menyelesaikan permainan
tersebut, beberapa anggota telah mulai berani mengungkapkan pendapat. Pendapat
yang bervariasi memungkinkan terjadinya konflik.
3.
Tahap 3 – Norming
Pada tahap ini sudah
terdapat kesepakatan antara anggota kelompok. Kelompok mulai menemukan
kesesuaian dengan kesepakatan yang mereka buat mengenai aturan-aturan dan
nilai-nilai yang digunakan. Pada tahap ini, anggota kelompok mulai dapat
mempercayai satu sama lain seiring dengan melihat kontribusi penting
masing-masing anggota untuk kelompok.
Contoh: kelompok
mahasiswa ospek tersebut mulai saling menentukan jalan keluar mana yang mereka
pilih untuk menyelesaikan permainan. Mereka membuat suatu kesepakatan seperti
menentukan siapa yang harus memimpin permainan dan siapa yang bekerja
menyelesaikan tugas permainan.
4.
Tahap 4 – Performing
Pada tahap ini,
kelompok dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas dengan lancar
dan efektif. Anggota kelompok saling tergantung satu sama lain dan mereka
saling respek dalam berkomunikasi.
Contoh: Kelompok
mahasiswa ospek yang telah menentukan peraturan dan fungsi anggota memulai
mengerjakan permainan sesuai dengan tugas yang telah disepakati.
5.
Tahap 5 – Adjourning
Ini adalah tahap
terakhir dalam kelompok dimana proyek tugas atau pekerjaan berakhir dan
kelompok membubarkan diri.
Contoh: kelompok
mahasiswa ospek telah menyelesaikan permainan dan ospek telah berakhir.
Sehingga mereka membubarkan kelompok mereka.
Dalam sebuah kelompok terdapat struktur yang membentuk
perilaku anggotanya dan memungkinkan untuk menjelaskan sebagian perilaku
individu di dalam kelompok maupun kinerja kelompok itu sendiri. Struktur
kelompok terdiri dari:
|
Definisi
|
Contoh
|
|
|
Peran
|
Harapan dalam
menjelaskan tindakan yang layak dari seorang anggota dalam suatu posisi
terhadap posisi lain yang berhubungan.
|
ketua, wakil ketua,
sekertaris
|
|
Norma
|
Kepercayaan umum
berdasarkan kelayakan, sikap, pandangan anggota kelompok, peran, tersirat
atau tidak, yang mengatur anggota kelompok
|
Kedisiplinan,
saling menghargai, bertanggung jawab
|
a.
Norma
Norma merupakan standar perilaku yang dapat diterima yang
digunakan bersama oleh para anggota kelompok. Norma memberitahukan kepada
anggota apa yang seharusnya dan apa yang tidak seharusnya dilakukan. Norma
sebagai elemen dasar dalam struktur kelompok sebagai arahan dan motivasi,,
pengatur interaksi sosial, serta membuat tanggapan orang lain tersebut dapat
diprediksi dan bermakna. Johnson dan Johnson (2000) menyatakan bahwa
norma sebagai keyakinan umum dalam kelompok mengenai perilaku, sikap serta
persepsi yang sesuai. Adapun 2 bentuk norma yaitu norma deskriptif dan norma
perspektif dimana yang artinya sebagai berikut:
·
Norma deskriptif merupakan apa yang
sering dilakukan, dirasakan, serta dipikirkan oleh orang ketika sedang berada
dalam suatu situasi tertentu. Contoh: ketika di jalan tol ada
himbauan bagi kendaraan yang berjalan lambat untuk berjalan di bahu kiri dan
bagi kendaraan yang ingin mendahului dan melaju cepat untuk berjalan di lajur
kanan.
·
Sedangkan norma
perspektif yang lebih evaluatif, menjelaskan apa yang harus dan tidak boleh
dilakukan oleh individu pada situasi tertentu, dan jika ada yang melanggar akan
dinilai negatif. Contoh: perintah membayar pajak untuk para wajib pajak, bagi yang tidak
mematuhi akan dikenai sanksi.
Kelompok kadang mengadopsi norma sebagai aturan kelompok
mereka, tetapi norma-norma kebanyakan muncul secara bertahap karena anggota
kelompok mencoba menyelaraskan perilaku mereka sampai mereka sesuai dengan
standar tertentu. Dalam proses perkembangan norma, ada seorang peneliti bernama
Muzafer Sherif (Forsyth, 1983) yang mencerminkan bagaimana orang-orang dalam
kelompok dari waktu ke waktu datang untuk mengembangkan standar yang berfungsi
sebagai kerangka acuan bagi perilaku dan persepsi. Sherif mempelajari
perkembangan norma dengan mengambil keuntungan dari gerak refleks. Dalam
penelitiannya, Sherif menemukan bahwa individu cenderung mengambil keputusan
itu sendiri. Akan tetapi ketika individu tersebut telah berada dalam sebuah
kelompok, pada sesi pertama dalam kelompok, individu tersebut mulai mempertimbangkan
keputusan lain dari anggota kelompok lainnya. Selanjutnya, keputusan individu
tersebut menjadi satu keputusan kelompok. Proses bersatunya keputusan menjadi
satu keputusan dalam kelompok oleh Sherif disebut sebagai funnel pattern atau
motif corong. Menurut Sherif, norma berkembang karena adanya interaksi antar
anggota kelompok tersebut.
Sherif menyimpulkan bahwa norma-norma baru berkembang dalam kelompok bila
konteksnya menyediakan sedikit informasi untuk menuntun tindakan atau untuk
memungkinkan anggota untuk menyusun keyakinan. Menurut Kelman (dalam Forsyth,
1983) mereka yang mematuhi norma kelompok bahkan ketika tidak ada tekanan
eksternal untuk melakukannya, menunjukkan bahwa mereka secara pribadi menerima
standar tersebut sebagai milik mereka. Kelompok juga menginternalisasikan norma
yang ada pada kelompok mereka dengan cara menerima norma tersebut sebagai
standar yang pasti bagi perilaku mereka.
b.
Peran
Dalam suatu kelompok masing-masing anggota tentu tidak
melakukan hal yang sama dalam mencapai tujuan. Setiap anggota memiliki tugas
dan fungsi yang berbeda sesuai dengan harapan. Dengan kata lain, anggota
kelompok yang berbeda tentu akan memainkan peran yang berbeda. Contoh: tugas
dan tanggung jawab seorang direktur adalah memimpin perusahaan. Tugas karyawan
adalah mengikuti perintah atasannya.
Role differentiation
Terkadang masyarakat
sengaja menciptakan perannya. Hal ini ditunjukkan dalam kelompok untuk
memperjelas eksistensi mereka. Tidak hanya formal group structure yang
dibentuk, namun kelompok juga akan kemungkinan membentuk informal
group structure. Hal ini mengidentifikasikan peran dari masing-masing
anggota kelompok yang bervariasi.
Forsyth (1983)
menyatakan bahwa role differentiation adalah perbedaan peran dalam suatu
kelompok, misal menjadi pemimpin, pengikut, atau pengeluh. Dalam suatu
kelompok tentulah tidak akan memiliki peran yang sama pada anggotanya. Ada yang
berperan sebagai pemimpin sehingga dituntut untuk optimis. Meskipun bukan menjadi
jaminan bahwa dengan status tertentu, setiap anggota di asosiakan dengan sifat
terrtentu.
Type of roles
Benne dan Sheats
(dalam Forsyth, 1983) membagi peran atas:
· Task role: anggota kelompok
yang melakukan tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu pada kelompok tersebut.
Misalnya sebagai coordinator, elaborator, energizer, evaluatorcritic,
information giver, information seeker, dan opinion seeker.
· Sociemotional role: Posisi anggota
dalam kelompok untuk mendukung perilaku interpersonal secara akomodatif.
Misalnya compromiser, encourager, follower, dan harmonizer.
·Individual role : peran
individu yang tidak berkontribusi dengan besar, namun tetap dibutuhkan perannya
sebagai penopang kebutuhan kelompok. Misalnya aggressor, block, dominator, dan
help seeker.
Terdapat perbedaan dengan ketiganya karena setiap
anggota akan tidak mudah untuk mencapai task role dan sociemotional
role secara bersamaan. Masing-masing telah memiliki spesifikasinya sendiri.
Spesifikasi tugas cenderung untuk mendapatkan pertanyaan lagi, menampilkan ketegangan,
antagonisme, dan perselisihan. Sedangkan spesifikasi sosioemosional menerima demostrasi
dari solidaritas, pengurangan ketegangan, dan solusi dari masalah. Namun bukan
berarti anggota kelompok tidak mampu menjalankan sekaligus. Bahkan ketika
anggota kelompok melakukan keduanya, maka peran mereka akan menjadi lebih
efektif.
Role stress
Peran tidaklah
semudah yang dibayangkan. Kadang terdapat benturan sehingga menimbulkan konflik
dengan anggota kelompok yang lain. Ketika hal ini terjadi peran mereka menjadi
kompleks.
·
Role ambiguity : ekspektasi yang
tidak jelas tentang perilaku yang akan dilakukan oleh individu yang menempati posisi
dalam kelompok. Sehingga ketika hal ini dirasakan oleh seseorang, maka dia akan
kebingungan harus berperan seperti apa dalam kelompok tersebut.
· Role conflict : Konflik yang
terjadi secara intragroup dan intraindividual yang merupakan hasil
dari ketidakcocokan peran. Misalnya ketika seseorang mengalami pergolakan
dengan perannya sendiri akibat dari peran oranglain yang tidak sesuai sehingga
mengacaukan perannya sendiri. Hal inilah yang dinamakan intrarole conflict. Namun
apabila ketidakcocokan antara dua peran sekaligus hal ini dinamakan interrole
conflict.
·
Role conflict group
performance: konflik dari peran
yang terjadi pada anggota cenderung mengakibatkan konflik pada performa
kelompok. Apabila hal ini terjadi maka keberlangsungan kelompok secara tidak
langsung akan terancam.
Study Kasus
Dalam satu kelompok
terdiri dari beberapa orang ,bermacam-macam pikiran, bermacam-macam argumen dan
banyak perbedaan diantara satu sama lain. Tujuan terbentuknya suatu kelompok
yaitu memusyawarahkan pendapat yang berbeda-beda menjadi satu kesepakatan yang
mufakat. Nah, contoh study kasusnya tidak lah dari kelompok lain tetapi ini terjadi
pada kelompok saya, dimana pertama kali kita harus memikirkan disaat kapal yang
kami gunakan tenggelam di samudra Atlantis yang dimana kami semua harus memilih
benda/barang yag harus kami pilih untuk kami bawa dan dapat digunakan untuk
bertahan hidup di suatu pulau yang tak jauh dari kejadian tenggelamnya kapal
kami yag disebabkan menabrak karang.
Disini kami
sekelompok harus memilih benda/barang yang kami pilih dan pilihan kami yaitu :
kompas, tali, galon air, peti makanan kecil dan korek api.
Nah, dari barang yang
dipilih kelompok kami harus bertahan hidup disuatu pulau kecil dan pertama yang
kami lalukan yaitu : membuat kapal kecil untuk keluar dari pulau kecil
tersebut, dengan mencari kayu di pulau tersebut dan merakitnya menggunakan tali
dan alat yang seadanya . Kami pun menyiapkan persediaan makanan untuk bisa
bertahan hidup disaat kami keluar dari pulau tersebut dengan kapal yang kami
rakit. Tak semudah yang kami bayangkan dan kami rencanakan, tak lepas dari beda argumen dan berselisih paham bahkan berdebat pun kelompok kami alami hehe tapi itulah kelompok kami yang penuh dengan warna dan memiliki tekat yang kuat untuk keluar dari pualu. Dengan semangat kelompok kami membuat kapal yang dirakit dan kami
optimis bisa keluar dari pulau tersebut dengan selamat J
Namun ada rencana
dari ini semua, kami tidak meninggalkan pulau kecil tersebut begitu saja tetapi
kami akan kembali lagi kesana untuk memelihara dan memanfaatkannya kalau perlu
kami membuat sesuatu yang bisa orang lain nikmati dimana kala mereka ingin
liburan di alam terbuka .
Okeeey semoga misi
kita berhasil yaaaa SOBAT :)
Ini cerita kelompok
kami , mana cerita kelempok kalian SOBAT :)
Semoga bermanfaat ya SOBAT :) :) :) :)
Sumber :
Forsyth, D.R. (1983).
An introduction to group dynamics. California:Brooks/Cole Publishing
Company.
Johnson, D.W. &
F. P. Johnson. (2003). Joining together: Group theory and group skill,
fourth edition.
lhttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/196005011986031-NANDANG_RUSMANA/Konsep_Dasar_Dinamika_Kelompok.pdf
http://ayutartilan.blogspot.co.id/2014/12/konsep-dasar-dinamika-kelompok_2.html
terima kasihh
BalasHapus