Rabu, 20 April 2016

Kepuasan Kerja ( Job Satisfaction)


Kepuasan Kerja ( Job Satisfaction)


KEPUASAN KERJA - Teori Kepuasan Kerja menurut para ahli dan aspek-aspek serta dimensi dari Kepuasan Kerja
Kepuasan Kerja ( Job Satisfaction)
Kepuasan kerja ada;ah bentuk perasaan dan ekspresi seseorang ketika mampu atau tidak mampu memenuhi harapan dari proses kerja dan kinerjanya. Kepuasan kerja adalah suatu keadaan emosional yang menyenangkan yang dihasilkan dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja .

Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai “ the way an employee feels about his or her job”. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya.

Definisi kepuasan kerja

Davis dan Werther mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memangdang pekerjaan mereka. Serta kepuasan kerja adalah tingkat dimanan individu merasakan positif atau negative tentang suatu pekerjaan.
Robbins (2001) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Pekerjaan menurut interaksi dengan rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan organisasi, memenuhi standar kinerja, hidup pada kondisi kerja yang sering kurang dari ideal, dan hal serupa lainnya.

Gibson, Ivanevich dan Donnely mengatakan  bahwa kepuasan kerja adalah ungkapan perasaan seseorang tentang kesejahteraanuntuk melakukan pekerjaan bahwa kepuasan kerja adalah  sikap seseorang terhadap pekerjaan. Bahwa sikap itu berasal dari persepsi mereka tentang pekerjaan, persepsi itu adalah proses kognitif (pemberian arti)yang digunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami cara pandang individu dalam melihat hal yang sama dengan cara yang berbeda. Kepuasan kerja juga adalah sebagai hasil dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan merekadan memberikan hal yang dinilai penting.

Koesmono (2005) mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan penilaian, perasaan atau sikap seseorang atau karyawan terhadap pekerjaannya dan berhubungan dengan lingkungan kerja dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja adalah dipenuhinya beberapa keinginan dan kebutuhannya melalui kegiatan kerja atau bekerja.

Berdsasarkan pendapat para ahli mengenai definisi konsep kepuasan kerja dan menurut hemat penulis, kepuasan kerja adalah sikap positif dan perasaan yang menyenangkan erhadap pekerjaan, gaji, supervise, rekan kerja  dan hal-hal yang menyangkut dunia kerjanya.

Teori kepuasan kerja menurut Wexle dan Yukl

a.     Discrepancy theory
Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan.
b. Equity theory
Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity dan inequityatas suatu situasi.

Ada tiga elemen dari teori equity  yaitu :
  •  Input adalah segala sesuatu yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai sumbangan terhadap pekerjaan.
  •  Out comes segala sesuatu yang berharga, yang dirasakan karyawan sebagai “hasil” dari pekerjaannya.   
  • Comparison person adalah kepada orang lain dengan siapa karyawan  membandingkan rasio input-out comes yang dimiliknya.

c. Two factor theory
Menurut Herzberg (dalam Munandar, 2001) teori kepuasan kerja yang ia namakan teori dua faktor terdiri dari faktor hygienedan faktor motivator.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja

Beberapa ahli berpendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Faktor–faktor kepuasan kerja menurut Greenberg & Baron (1995) ada 2 faktor yaitu:

a.Faktor-faktor organisasional
1)Sistem penggajian
2) Kualitas dari supervisi
3). Desentralisasi kekuasaan
4). Tingkat kerja dan dorongan sosial
5). Kondisi kerja yang menyenangkan
b. Faktor Personal
1). Variabel kepribadian
2). Status dan senioritas
3). Pekerjaan yang sesuai dengan minat
4). Kepuasan hidup
Selanjutnya Robbins (1996) menjelaskan lagi beberapa faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja diantaranya :
a. Tantangan kerja
b. Sistem gaji yang adil
c. Kondisi kerja yang mendukung
d. Rekan kerja yang mendukung
Menurut Spector (1997) aspek-aspek kepuasan kerja ada 2 faktor yaitu instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor-faktor ini dijadikan sebagai indikator dalam penelitian ini dalam skala kepuasan kerja.
  • Factor Interinsik
1. Activity : Seberapa jauh pekerjaan  tersebut tetap dapat meyibukkan individu
2. Independence : Kewenangan untuk dapat bekeja sendiri
3. Variety : Kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang berbeda-beda
4. Social status : Pengakuan masyarakat luas tentang status pekerjaan
5. Moral values : Pekerjaan tidak berhubungan dengan segala sesuatu yang dapat mengganggu hati nurani
6. Security Kepastian kerja yang diberikan
7. Social service : Kesempatan untuk membantu orang lain mengerjakan tugas
8. Authority : Memiliki kekuasaan terhadap orang lain
9. Ability utilization : Kesempatan untuk menggunakan kemampuan yang ada
10. Responsibility :Tanggung jawab dalam membuat keputusan dan tindakan
11. Creativity : Kebebasan untuk mengungkapkan ide yang baru
12. Achievement : Perasaan yang didapat ketika menyelesaikan suatu tugas
Aspek dan factor Eksterinsik
1. compensation Besarnya imbalan atau upah yang diterima
2. Advancement ; Kesempatan untuk memperoleh promosi
3. Coworkers ; Seberapa baik hubungan antara sesama rekan kerja
4. Human relations supervisions : Kemampuan atasan dalam menjalin hubungan interpersonal
5. Technical supervisions : Kemampuan atau skill atasan menyangkut segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan
6. Company policies and practice : Seberapa jauh perusahaan menyenangkan para pekerja
7. Working conditions : Kondisi pekerjaan seperti jam kerja, temperatur, perlengkapan kantor serta lokasi pekerjaan
8. Recognition : Pujian yang diperoleh ketika menyelesaikan pekerjaan yang baik.

ATTITUDES

1.        What are the main components of attitudes?

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3 komponen yaitu:
-   Cognition 
       Pendeskripsian atau penilaian tentang suatu kondisi. Hal ini juga terkaitdengan kepercayaan dan pengetahuan seseorang tentang objek perilaku. Contoh : seorang karyawan yang menganggap aturan perusahaan tidak cocok dengan etika bisnis
-   Affect
       Perilaku seseorang dipengaruhi oleh emosi atau perasaan terhadap objek perilaku dan tercermin dari suatu pernyataan. Contoh : karena kurang setuju dengan aturan perusahaan, karyawan membenci atasannya
-   Behavior
       Menjelaskan perilaku yang mempengaruhi tindakan seseorang. Contoh : karena kurang setuju dengan aturan perusahaan, karyawan bekerja dengan tidak serius

2.        Does behavior always follow from attitudes?

Menurut Leon Festinger, perilaku tidak selalu mengikuti sikap. Cognitive dissonance, merupakan yaitu ketidakcocokan antara dua atau lebih sikap atau antara perilaku dengan sikap.
Setiap individu berusaha mengurangi gap yang tidak nyaman ini untuk mencapai stabilitas dan konsistensi.
Konsistensi dapat dicapai dengan mengubah sikap, memodifikasi perilaku, atau melalui rasionalisasi.
Keinginan untuk mengurangi ketidakcocokan ini bergantung pada :
·        Kepentingan dari elemen
·        Tingkat dari pengaruh individual
·        Penghargaan yang termasuk dalam ketidakcocokan

Moderating variables
·       Moderator yang paling kuat dari hubungan sikap dan perilaku adalah :
  • Kepentingan dari sikap.
  • Kesesuaian dengan perilaku.
  • Mudah diakses.
  • Keberadaan dari tekanan sosial.
  • Personal dan pengalaman langsung dari sikap.
·       Sikap memprediksi perilaku, dan dipengaruhi oleh moderating variable. 

3.        What are the major job attitudes?

1.      Job Satisfaction
Kepuasaan kerja merupakan sebuah cerminan dari perasaan seorang karyawan terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Kepuasan kerja karyawan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen.
Contoh :Seorang karyawan baru yang memiliki kenyamanan dalam bekerja karena adanya hubungan yang harmonis,komunikasi yang baik,saling menghargai dan saling membantu.Karyawan tersebut akan menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
2.      Job Involvement
Keterlibatan kerja mempunyai definisi yaitu derajat dimana orang dikenal dari pekerjaannya, berpartisipasi aktif didalamnya, dan menganggap prestasinya penting untuk harga diri. Karyawan dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi maka dengan kuat memihak pada jenis kerja yang dilakukan dan benar-benar peduli dengan jenis kerja itu ,sebaliknya karyawan yang kurang senang terlibat dengan pekerjaannya adalah karyawan yang kurang memihak kepada perusahaan dan karyawan yang demikian cenderung hanya bekerja secara rutinitas.
Contoh :Karyawan menyumbangkan ide untuk kemajuan pekerjaan, dengan senang hati memenuhi peraturan - peraturan perusahaan dan mendukung kebijakan perusahaan, dan lain – lain.
3.      Organizational Commitment
Suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut.
Contoh : seorang karyawan mungkin berkomitmen kepada seorang pemberi kerja karena ia dibayar tinggi dan merasa bahwa pengunduran diri dari perusahaan akan menghancurkan keluarganya.
4.      Perceived organizational support
Persepsi karyawan mengenai sejauh mana organisasi memberi dukungan kepada karyawan dan sejauh mana kesiapan organisasi dalam memberikan bantuan saat di butuhkan. Apabila karyawan menganggap bahwa dukungan organisasi yang di terimanya tinggi, maka karyawan tersebut akan menyatukan keanggotaan sebagai anggota organisasi ke dalam identitas diri mereka dan kemudian mengembangkan hubungan dan persepsi yang lebih positif terhadap organisasi tersebut. Dengan menyatunya keanggotaan dalam organisasi dengan identitas karyawan, maka karyawan tersebut merasa bagian dari organisasi dan merasa bertanggung jawab untuk berkontribusi dan memberikan kinerja terbaiknya pada organisasinya.
Contoh : Pak Tono bekerja di Perusahan XYZ, ia menerima asuransi kesehatan dari perusahaan ia bekerja.Pada saat akan pensiun,Pak Tono akan menerima tunjangan pensiun yang telah disediakan oleh perusahaan tersebut.

5.      Employee engagement 
  Sejauh mana seorang karyawan berkomitmen,mendedikasikan dirinya dan loyal kepada organisasi,atasan ,pekerjaan dan rekan kerjanya. Employee engagement juga memiliki pengertian lain yaitu mendefinisikan keterikatan karyawan sebagai sikap positif individu karayawan terhadap organisasi dan nilai organisasi. Seorang karyawan yang memiliki tingkat keterikatan tinggi pada organisasi memiliki pemahaman dan kepedulian terhadap lingkungan operasional organisasi, mampu bekerja sama untuk meningkatkan pencapaian unit kerja/organisasi melalui kerja sama antara individu karyawan dengan manajemen. Contoh : Budi sa­ngat rajin bekerja, ia mende­dikasikan dirinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Ia sangat termotivasi untuk melakukan pekerjaannya sebaik mungkin. Ia menambah jam ekstra di tempat kerja, dan berpikir tentang kontribusi terhadap perusahaan bahkan ketika tidak berada di tempat kerja

Cara Mengukur Kepuasan Kerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepuasan kerja berarti keadaan psikis yang menyenangkan yang dirasakan oleh pekerja dalam suatu lingkungan pekerjaan karena terpenuhinya semua kebutuhan secara memadai. Kepuasan kerja menunjukkan adanya kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dengan imbalan yang disediakan oleh pekerjaan.
Ada banyak cara untuk mengukur kepuasan kerja karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Beberapa cara yang dapat digunakan antara lain : (1)Job description index, (2)Minnesota Satisfaction Questionare, (3) berdasarkan gambar ekspresi wajah, (4) Rating Scale, (5) Critical incidents, (6) Interviews dan (7) Summation Scoren.
1.      Job description index : Cara penggunaan skala pengukuran ini adalah dengan mengajukan pertanyaan-¬pertanyaan pada karyawan mengenai pekerjaan. Setiap pertanyaan yang diajukan harus dijawab oleh karyawan dengan jawaban “ya”, “ tidak” atau “ragu”.
2.      Minnesota Satisfaction Questionare : Skala ini berisi tanggapan yang mengharuskan karyawan untuk memilih salah satu dari alternatif jawaban: sangat tidak puas, tidak puas, netral, puas, dan sangat puas terhadap pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan jawaban jawaban tersebut dapat diketahui tingkat kepuasan kerja karyawan.
3.      Gambar ekspresi wajah : Responden diharuskan memilih salah satu gambar wajah orang. mulai dari gambar wajah yang sangat gembira, gembira, netral, cemberut dan sangat cemberut. Kepuasan kerja karyawan akan dapat diketahui dengan melihat pilihan gambar yang diambil responden.
4.    Rating Scale : Dengan metode ini orang menjawab pertanyaan dari kuesioner yang menggunakan rating scales (angka 1 sampai 5) sehingga mereka melaporkan reaksi mereka pada pekerjaan mereka.
5.  Critical incidents : Individu menjelaskan kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yangdirasakan memuaskan atau  tidak memuaskan.
6.      Interview : Dengan melakukan wawancara tatap muka dengan pekerja dapat diketahui sikap mereka secara langsung dan dapat mengembangkan lebih dalam dengan menggunakan kuesioner yang terstruktur.
7.      Summation Scoren : Mengidentifikasi elemen kunci dalam pekerjaan dan menanyakan perasaan pekerja tentang maing-masing elemen. Faktor spesifik yang diperhitungkan adalah sifat pekerjaan itu sendiri, supervisi, upah, kesempatan promosi dan hubungan dengan rekan kerja.

Apa yang menyebabkan kepuasan kerja?

Ada beberapa indikator yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Indikator tersebut terdiri dari sembilan aspek yaitu :
1.      Upah  : merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak. Kepuasan dalam upah berhubungan dengan jumlah dan rasa keadilannya.
2.      Promosi : peluang dan rasa keadilan untuk mendapatkan promosi. Promosi adalah faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
3.      Supervisor (atasan) : keadilan dan kompetensi penugasan menajerial oleh penyelia. Atasan yang baik akan bersikap adil terhadap seluruh bawahannya.
4.     Benefit: asuransi, liburan dan bentuk fasilitas yang lain. Untuk mengurangi risiko stress kerja pada karyawan, maka suatu perusahaan seharusnya memberikan fasilitas cuti atau liburan kepada karyawannya.
5.  Contingent rewards : rasa hormat, diakui dan diberikan apresiasi. Karyawan bekerja tidak hanya mengharapkan upah dalam bentuk uang, tetapi juga ingin dihormati dan dihargai serta diberikan apresiasi atas hasil kerjanya.
6.    Operating procedures : kebijakan, prosedur dan aturan. Perusahaan harus dapat membuat kebijakan dan peraturan yang adil bagi seluruh karyawan serta membuat prosedur kerja yang aman untuk menjamin kesehatan dan keselamatan karyawan.
7.     Coworkers : rekan kerja yang menyenangkan dan kompeten, merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya. Seorang karyawan harus merasa nyaman dengan rekan kerjanya agar dapat bekerja dengan baik.
8.   Nature of work (Pekerjaan itu sendiri): tugas itu sendiri dapat dinikmati atau tidak. Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
9.  Communication : berbagai informasi didalam organisasi (verbal maupun nonverbal). Karyawan perlu mengetahui informasi-informasi penting yang ada dalam perusahaan. Komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan juga harus tetap dijaga agar proses bekerja dapat berjalan lancar.

Ciri pekerja yang memiliki kepuasan kerja


Ciri perilaku pekerja yang puas adalah mereka mempunyai motivasi bekerja yang tinggi, mereka lebih senang dalam melakukan pekerjaannya, sedangkan ciri pekerja yang kurang puas adalah malas berangkat ke tempat bekerja dan malas melakukan pekerjaannya.          Tingkah laku karyawan yang malas tentunya akan menimbulkan masalah bagi perusahaan berupa tingkat absensi yang tinggi, keterlambatan kerja, dan pelanggaran disiplin,keluarnya pekerja (turnover),dll. Sebaliknya tingkah laku karyawan yang merasa puas akan lebih menguntungkan bagi perusahaan karena motivasi kerja yang tinggi, produktivitas meningkat, peningkatan layanan pelanggan, dll.

Dampak Kepuasan dan Ketidakpuasan Karyawan Dalam Lingkungan Kerja

Kepuasan dan ketidakpuasan karyawan akan membawa sebuah pengaruh dalam lingkungan kerja. Hal yang paling mudah untuk dilihat terhadap kepuasan maupun ketidakpuasan karyawan adalah dalam kinerja mereka. Misalnya di sebuah supermarket, seorang pegawai yang menyukai pekerjaannya akan cenderung lebih ramah, ceria dan responsive sehingga dapat berdampak positif pula terhadap kepuasan pelanggan. Kualitas seperti ini membangun kepuasan dan kesetiaan pelanggan dan sebaliknya.
 Terdapat empat model ketidakpuasan karyawan di tempat kerja :

Constructive
Destructive
Active
Voice
Exit
Passive
Loyalty
Neglect

Exit        : perilaku ketidakpuasan yang dilakukan dengan cara meninggalkan perusahaan. Contohnya resign (pengunduran diri)
Voice      : perilaku ketidakpuasan karyawan yang bersifat aktif dan membangun dengan usaha untuk memperbaiki keadaan. Contohnya memberikan kritik dan saran kepada atasan terhadap kondisi yang sedang terjadi dan solusi penyelesaiannya.
Loyalty     : perilaku ketidakpuasan karyawan yang bersifat pasif dengan hanya menunggu adanya perbaikan dari keadaan. Pada tahap ini, seorang karyawan cenderung pasif atau acuh tak acuh terhadap apa yang sedang terjadi namun tidak mengundurkan diri dari perusahaan.
Neglect    : ketidakpuasan yang ditunjukan dengan membiarkan keadaan menjadi lebih buruk. Keadaan ini adalah keadaan yang paling berbahaya, dimana karyawan yang tidak puas akan membuat kondisi lingkungan kerjanya menjadi tidak kondusif. Contohnya seperti menjadi whistle blowers yaitu orang yang mengungkapkan rahasia perusahaan kepada public sementara informasi yang dibocorkan bersifat rahasia dikalangan lingkungan informasi itu berada.
Exit dan Neglect meliputi Performance variable productivity, absenteeism, dan turnover.

Job Satisfaction and Job Performance
Hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja pekerjaan saling mendukung ketika bergerak dari level individu ke level organisasi. Ketika kepuasan dan data produktivitas dikumpulkan, dapat dikatakan bahwa organisasi dengan tingkat kepuasan karyawan yang tinggi lebih efektif daripada organisasi dengan tingkat kepuasan karyawan yang rendah. Pada umumnya, seorang karyawan akan menunjukkan kinerja yang baik jika karyawan tersebut merasa puas dengan pekerjaan yang dimilikinya baik dari segi jabatan, gaji, termasuk lingkungan kerja.

Job Satisfaction and Job OCB
Kepuasan kerja harus menjadi faktor utama dari seorang karyawan OCB (organizational citizenship behaviour). Kepuasan kerja karyawan akan lebih terlihat dengan berbicara positif tentang perusahaan, saling membantu, dan melampaui batas yang ada dipekerjaannya. Dengan pemikiran seperti ini, kepuasan kerja dapat dihubungkan dengan OCB, yaitu orang yang puas dengan pekerjaannya lebih sesuai di OCB.

Job Satisfaction and Customer Satisfaction
Kepuasan kerja seorang karyawan menaikkan tingkat kepuasan dan kesetiaan pelanggan. Contoh yang paling signifikan ialah dalam perusahaan yang menjual jasa, dimana karyawan berada di garis depan dan berhubungan secara langsung dengan pelanggan. Ketika karyawan memperlakukan pelanggan dengan ramah maka pelanggan pun akan puas dan dapat kembali kepada perusahaan kita. Namun dapat juga kita lihat dari sisi sebaliknya, ketidakpuasan pelanggan dapat meningkatkan ketidakpuasan karyawan seperti pelanggan yang kasar, cerewet atau menuntut secara tidak realistis dapat member efek negative terhadap kepuasan kerja karyawan.

Job Satisfaction and Absenteeism
Ketika dihadapkan dengan banyaknya pilihan pekerjaan, maka karyawan akan cenderung memiliki tingkat ketidakhadiran yang lebih tinggi, terutama bagi karyawan yang masih single, karena karyawan melihat bahwa mereka masih bisa mendapatkan pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan keinginan mereka, tapi ketika pilihan pekerjaan itu sedikit mereka memiliki tingkat ketidakhadiran yang lebih rendah.

Job Satisfaction and Turnover
Hubungan yang terdapat antara kepuasan kerja dan tingkat perputaran karyawan adalah tinkat kinerja karyawan. Tingkat kepuasan kerja akan mempengaruhi perputaran karyawan (exit). Kepuasan dan pergantian kerja juga dipengaruhi dengan prospek kerja. Jika seorang karyawan dihadapkan dengan sebuah tawaran pekerjaan yang tidak diinginkan, ketidakpuasaan kerja dari pergantian pekerjaan yang ada tidak sebanyak prediksi yang ada karena ketidakpuasan kerja diwujudkan dengan pergantian ketika kesempatan pekerjaan berlimpah – limpah karena karyawan merasa lebih mudah untuk bergerak.

Job Satisfaction and Workplace Deviance
Pekerja yang tidak suka dengan pekerjaannya dapat melakukan berbagai cara yang kreatif untuk menunjukan ketidakpuasannya. Untuk mengontrol konsekuensi yang tidak diinginkan secara efektif karena ketidakpuasan kerja, karyawan harus memecahkan sumber penyebab ketidakpuasan tersebut daripada mencoba untuk mengontrol perbedaan pendapat.

Managers ofter “Don’t Get It”
Manajer terkadang tidak peduli dengan kepuasan kerja karyawan dan terkadang acuh tak acuh dengan keadaan perusahaan. Karena adanya ketidakpedulian tersebut, maka timbalah gaps/celah antara pemikiran manajer mengenai apa yang dirasakan olehnya dengan apa yang sebenarnya dirasakan oleh karyawan. Untuk mengurangi masalah ini maka diadakan Reguler Survey.

 Ada lima  komponen utama  kepuasan kerja yaitu:
1)  Sikap terhadap kelompok kerja
2)  Kondisi umum pekerjaan
3)  Sikap terhadap perusahaan
4)  Keuntungan secara ekonomi
5)  Sikap terhadap manajemen

Dimensi dan Aspek-aspek kepuasan kerja 
Berdasarkan konsep para hali terdapat tiga dimensi dalam kepuasan kerja yaitu; 
 1) Kepuasan kerja merupakan respion emosional terhadap situasi kerja maka  dengan demikian bahwa kepuasan kerja dapat dilihat dan diduga.
2)Kepuasan kerja sering dituntut menurut seberapa baik hasil yang dicapai yang memenuhi atau melampaui harapan. Misalnya jika seorang anggota oraganisasi merasa bahwa mereka bekerja terlalu keras dari pada yang lain dalam suatu department tetapi meneroma penghargaan lebih sedikit maka mungkin mereka makan memiliki sikap negatif pada perusahaan. rekan kerja dan mereka tidak puas. serta sebaliknya.
3) Kepuasan kerja mewakili sikap yang berhubungan selama bertahun-tahun. Luthans (2005) menyatakan bahwa ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Hal-hal utama dengan mengingat dimensi-dimensi paling penting yaitu gaji, pekerjaan itu sendiri, promosi, pengawasan, kelompok kerja dan kondisi kerja.


  5 DIMENSI KEPUASAN KERJA

  Nelson and Quick   (2006) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi 5 dimensi  spesifik dari pekerjaan yaitu gaji, pekerjaan itu sendiri, kesempatan promosi, supervisi dan rekan kerja.
  •  Gaji : sejumlah upah yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa diangap sebagai hal yang pantas dibandingkan dengen orang lain di dalam organisasi. Karyawan memandang gaji sebagai refleksi dari bagaimana manajemen memandang kontribusi mereka terhadap perusahaan. 
  • Promosi merupakan factor yang berhubungan dengan ada atau tidaknya kesempatan memperoleh peningkatan karier selama bekwerja. Kesempatan inilah yang memiliki pengaruh yang berbeda pada kepuasan kerja.
  • Supervise merupakan kemampuan atasan untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan prilaku kepada bawahan yang mengalami permasalahan dalam pekerjaan.
  • Rekan Kerja merupakan tungakat dimana rekan kerja yang pandai dan mendukung secara social merupakan factor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dan atsannya dan dengan pegawai lainnya baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaan.

Aspek aspek Kepuasan kerja
a.     Aspek Psikologis yang berhubungan dengan kejiwaandan minat, ketentraman kerja dan sikap kerja, bakat dan ketrampilan dari karyawan.
b.    Aspek social berhubungan dengan interaksi social baik antar sesame karyawan maupun antar karyawan yang berbeda jenis kerja serta hubungan dengan anggota keluarga.
c.     Aspek fisi berhungbungan dengan kondisi tubuhnya meliputi juga jenis pekerjaanya pengaturan kerja, pengaturan waktu istirahat dan keadaan ruangan, kondisi kesehatan dan umur.
d.    Aspek Finasial berhubungan dengan jaminan ddan kesejatheraan yang melipti system besaran gaji, jaminan social, tunjangan faislitas dan promosi.

       Komitmen Organisasi
       Organanizational Behavior adalah ketika individu membantu individu lain secara berhati-hati tanpa mengharapkan peghargaan dengan asas asasnya yaitu mengutamakan orang lain, kehormatan, ketilitian, Civic virtue, Peace making.
       Employee Well-Being yaitu kepuasan kerja mempengaruhi kesejahteraan karyawanpersaan bahagia , sehat, sukses seorang karyawan adalah konsekuensi kepuasan kerjanya.
       Stress Kerja selain konsekuensi dari job satisfaction yaitu orang yang tidak puas akan mengalami stress kerja tinggi yang diistilahkan dengan distress dan sebaliknya eustress untuk yang memiliki kepuasan kerja.




SUMBER

Waluyo, Minto. (2013). Psikologi Industri. Jakarta: Akademia Permata
Koesmono, Teman. (2005). Pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi dan kepuasan kerja serta kinerja karyawan pada sub sektor industri pengolahan kayu skala menengah di Jawa Timur. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 07. Hal 171-188.
Johan, Rita. (2002). Kepuasan kerja karyawan dalam lingkungan institusi pendidikan. Jurnal Pendidikan Penabur, Vol.01, Hal 6-31.
Situmorang, Benyamin. (2014). Pengaruh perilaku inovatif dan kepemimpinan pembelajaran terhadap Kepuasan Kerja Kepala SMP di Medan. Elementary School Journal. Vol. 01. Hal 26-41.
Muzayanah, A., Dian, N. (2008). Hubungan antara kecerdasan interpersonal dengan kepuasan kerja karyawan (guru). Jurnal Soul. Vol. 01. Hal 32-46.
http://orbehavior.blogspot.co.id/2014/03/attitudes.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar